Baca Part Sebelumnya : KLIK!!
THE MENTAL HOSPITAL (Part 2)
Original Story by : Arya Sena
Retold by : David (Dengan beberapa perbaikan)
Angin lebat berhembus kuat menghasilkan hawa dingin yang menusuk tulang, pohon-pohon mulai bergerak mengikuti arah angin dan petir mulai mengelegar dari segala arah. Pertanda bahwa hujan akan segera datang.
Aku segera menuju ke dalam. Saat aku berjalan menuju pintu depan, aku melihat beberapa mobil ambulans di parkir di sebelah rumah sakit. Mobil-mobil ini sepertinya baru dipakai, karena aku bisa merasakan hawa panas keluar dari mesin mobil. Aku berpikir, apa mereka baru saja mengantar pasien baru? Atau... Ah, sudahlah. Aku harus segera masuk kedalam.
Kemudian secara perlahan, aku melangkah menuju pintu depan dan memegang gagang pintu.
Pintunya terkunci, aku harus mencari jalan lain.
Aku melihat ke sekelilingku, dan saat aku menaikkan kepalaku ke atas, aku melihat sebuah jendela yang terbuka lebar dan aku memutuskan untuk memanjat ke atas.
“Hap!”, aku berhasil masuk. Tapi tiba-tiba...
“JGLEG”
Lampunya mati, untung saja aku membawa kamera nightvision-ku untuk berjaga-jaga jika ada situasi seperti ini. Aku melihat sekeliling, dan melihat ruangan ini cukup berantakan. Akhirnya aku melihat sebuah pintu. Ketika membuka pintu itu, aku menoleh ke kiri dan ke kanan, situasi aman.
Aku berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit ini. Aku melihat pintu yang sedikit terbuka di arah kanan.
“Brak!”
Pintunya tertutup sendiri saat aku mencoba membukanya. “Terkunci lagi? Aneh...”
Aku menengok ke ruangan sebelah kiriku, sepertinya sebuah ruangan obat. Aku melihat ada sebuah lubang ventilasi udara dan setetes demi setetes darah muncul dari atap.
Aku segera memanjat memasuki lubang ventilasi. Kemudian aku merangkak perlahan menuju lubang keluar.
Di jalan menuju ke sana, aku melihat lewat jendela ventilasi. Terlihat seseorang yang sepertinya mendobrak paksa sebuah pintu dan keluar. Mungkinkah dia salah satu pasien di sini?
Setelah berhasil keluar dari lubang ventilasi, aku berjalan menuju sebuah pintu di kananku. Aku melihat ada remang-remang cahaya.
Ketika aku membukanya, tiba-tiba ada sebuah mayat jatuh dari atas dan bergantungan tepat di hadapanku! Dan seketika lampunya mati.
Ruangan ini sepertinya sangat gelap, aku mengeluarkan kamera nightvision-ku untuk melihat sekeliling. Ruangan ini sungguh mengerikan, terdapat kepala-kepala berjejer rapi di lemari sebelah kiri dan kananku. Dan ada 1 mayat lagi yang bergelantungan di sekitar ruangan ini.
Kemudian, aku melihat seorang pria yang badannya telah tertusuk sebuah palang besi, dan dibawahnya ada tumpukan mayat-mayat yang sudah mati. Aku mendekatinya dengan perlahan, tiba-tiba dia bergerak.
“Hah? Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak bisa melawan mereka. Uhuk, para pasien itu namanya adalah para variants. Kau harus lari! Kau bisa membuka pintu utama di Control Room. Uhuk...”
Kemudian dia berhenti bicara, dan aku rasa dia benar-benar mati kali ini. Sepertinya aku harus membuka pintu utama lewat Control Room. Aku melihat sebuah pintu keluar dan berjalan menuju sebuah celah kecil antara dua lemari. Aku berjalan dan tiba-tiba...
“Bajingan Kecil”
Aku melihat sesosok pria gemuk dan besar, mengangkat badanku ke atas dan menghempaskanku keluar jendela.
“PRAAAANG!!”
Aku menabrak kaca jendela tersebut hingga pecah, dan aku pun terjatuh.
Saat aku berusaha membuka mataku, samar-samar aku melihat seorang pendeta yang membisikkan sesuatu di telingaku.
“Ah, anakku...”
“Sesaat lagi, kau akan melihat sebuah revolusi besar. Jaga hidupmu baik-baik”.
Saat aku siuman, pendeta tersebut sudah menghilang...
-BERSAMBUNG-
Original Story by : Arya Sena
Retold by : David (Dengan beberapa perbaikan)
Angin lebat berhembus kuat menghasilkan hawa dingin yang menusuk tulang, pohon-pohon mulai bergerak mengikuti arah angin dan petir mulai mengelegar dari segala arah. Pertanda bahwa hujan akan segera datang.
Aku segera menuju ke dalam. Saat aku berjalan menuju pintu depan, aku melihat beberapa mobil ambulans di parkir di sebelah rumah sakit. Mobil-mobil ini sepertinya baru dipakai, karena aku bisa merasakan hawa panas keluar dari mesin mobil. Aku berpikir, apa mereka baru saja mengantar pasien baru? Atau... Ah, sudahlah. Aku harus segera masuk kedalam.
Kemudian secara perlahan, aku melangkah menuju pintu depan dan memegang gagang pintu.
Pintunya terkunci, aku harus mencari jalan lain.
Aku melihat ke sekelilingku, dan saat aku menaikkan kepalaku ke atas, aku melihat sebuah jendela yang terbuka lebar dan aku memutuskan untuk memanjat ke atas.
“Hap!”, aku berhasil masuk. Tapi tiba-tiba...
“JGLEG”
Lampunya mati, untung saja aku membawa kamera nightvision-ku untuk berjaga-jaga jika ada situasi seperti ini. Aku melihat sekeliling, dan melihat ruangan ini cukup berantakan. Akhirnya aku melihat sebuah pintu. Ketika membuka pintu itu, aku menoleh ke kiri dan ke kanan, situasi aman.
Aku berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit ini. Aku melihat pintu yang sedikit terbuka di arah kanan.
“Brak!”
Pintunya tertutup sendiri saat aku mencoba membukanya. “Terkunci lagi? Aneh...”
Aku menengok ke ruangan sebelah kiriku, sepertinya sebuah ruangan obat. Aku melihat ada sebuah lubang ventilasi udara dan setetes demi setetes darah muncul dari atap.
Aku segera memanjat memasuki lubang ventilasi. Kemudian aku merangkak perlahan menuju lubang keluar.
Di jalan menuju ke sana, aku melihat lewat jendela ventilasi. Terlihat seseorang yang sepertinya mendobrak paksa sebuah pintu dan keluar. Mungkinkah dia salah satu pasien di sini?
Setelah berhasil keluar dari lubang ventilasi, aku berjalan menuju sebuah pintu di kananku. Aku melihat ada remang-remang cahaya.
Ketika aku membukanya, tiba-tiba ada sebuah mayat jatuh dari atas dan bergantungan tepat di hadapanku! Dan seketika lampunya mati.
Ruangan ini sepertinya sangat gelap, aku mengeluarkan kamera nightvision-ku untuk melihat sekeliling. Ruangan ini sungguh mengerikan, terdapat kepala-kepala berjejer rapi di lemari sebelah kiri dan kananku. Dan ada 1 mayat lagi yang bergelantungan di sekitar ruangan ini.
Kemudian, aku melihat seorang pria yang badannya telah tertusuk sebuah palang besi, dan dibawahnya ada tumpukan mayat-mayat yang sudah mati. Aku mendekatinya dengan perlahan, tiba-tiba dia bergerak.
“Hah? Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak bisa melawan mereka. Uhuk, para pasien itu namanya adalah para variants. Kau harus lari! Kau bisa membuka pintu utama di Control Room. Uhuk...”
Kemudian dia berhenti bicara, dan aku rasa dia benar-benar mati kali ini. Sepertinya aku harus membuka pintu utama lewat Control Room. Aku melihat sebuah pintu keluar dan berjalan menuju sebuah celah kecil antara dua lemari. Aku berjalan dan tiba-tiba...
“Bajingan Kecil”
Aku melihat sesosok pria gemuk dan besar, mengangkat badanku ke atas dan menghempaskanku keluar jendela.
“PRAAAANG!!”
Aku menabrak kaca jendela tersebut hingga pecah, dan aku pun terjatuh.
Saat aku berusaha membuka mataku, samar-samar aku melihat seorang pendeta yang membisikkan sesuatu di telingaku.
“Ah, anakku...”
“Sesaat lagi, kau akan melihat sebuah revolusi besar. Jaga hidupmu baik-baik”.
Saat aku siuman, pendeta tersebut sudah menghilang...
-BERSAMBUNG-
Sign up here with your email
Bercommentarlah Sesuai Keinginan Anda
Disini Ada Peraturan Bercomment
1.No Sara
2.No SPAM
3.No Promo
4.No Playing Game Roleplay
5.No Comment g ada guna
6.Dilarang Meninggalkan Link Aktif
7.[OOT] Tidak Boleh Berlebihan
8. ConversionConversion EmoticonEmoticon